Di Madrid Morinho Biasa Saja

 

8

Jose Mourinho pernah menjuluki dirinya sendiri, The Special On. Sukses di Porto, Chelsea dan kemudian Inter Milan memang membuat dia berbeda. Tapi di Real Madrid dia dianggap jadi pelatih yang biasa saja.

Tiga tahun di Madrid kerja Mourinho tak bisa dianggap gagal karena dia berhasil mempersembahkan tiga trofi juara. Tapi pelatih asal Portugal itu juga tak cukup untuk dibilang sukses, karena dia tak mampu merebut trofi Liga Champions yang begitu diidamkan dan masih belum mampu meredam dominasi Barcelona.

Kepergiannya dari El Real pun diikuti oleh sederet cerita yang akan mengganjal di antara panjangnya trek rekor kesuksessan yang sudah diraih. Salah satunya adalah soal relasi yang dia bagun di dalam tim. Mourinho yang sebelumnya selalu bisa punya hubungan luar biasa dekat dengan pemainnya justru menjadi seperti terasing di ruang ganti Santiago Bernabeu.

Demi membuat solid timnya, Mourinho mencoba memunculkan ‘musuh bersama’ dalam wujud Barcelona. Namun beberapa komentar sampai aksinya di pinggir lapangan terkait Blaugarana ternyata malah membuat dia kehilangan simpati dari pemainnya sendiri – dan juga suporter. Tak seperti saat di Chelsea atau Inter, di Madrid Mourinho harus ‘berhadapan’ dengan Iker Casillas dan Sergio Ramos yang meski berseteru dengan penggawa Barca dalam konteks El Clasico namun luar biasa padu dalam seragam La Furia Roja dan malah jadi teman dekat di luar lapangan.

Belakangan dia malah juga dikritik oleh Pepe, yang juga berasal dari Portugal, terkait kasus Casillas. Dan puncak dari keterasingan Mourinho adalah saat dia absen ketika hampir seluruh pemain Madrid menggelar makan siang bersama di pusat kota.

Dalam wawancara yang dilakukan dengan Radio Marca, mantan presiden Madrid, Lorenzo Sanz, menyebut kalau Mourinho cuma selayaknya pelatih biasa di Madrid. El Real malah disebutnya terlalu besar buat pria 50 tahun itu.

Sanz menyatakan bahwa, “Periode Mourinho di sini terlalu singkat. Jujur saja saya katakan, Madrid terlalu besar untuk Mourinho. Dia akan masuk dalam sejarah seperti banyak manajer Madrid yang lain. Saya tidak berpikir dia akan diingat sebagai salah satu yang terbaik atau sebagai yang terbaik,” seru Sanz.

Mourinho dikritik dan diserang bukan hanya karena gagal memberi Madrid trofi yang sangat mereka idamkan. Sudah sejak musim lalu dia dianggap tak cocok dengan falsafah Madrid sebagai sebuah klub, dengan salah satu aksi yang paling diingat adalah saat mencolok mata Tito Vilanova.

Dalam jajak pendapat yang dilakukan Marca terhadap 90.000 pendukung Madrid, sebagian besar menganggap Mourinho telah gagal. Total 39,8% yang menganggap Mourinho ‘gagal’ sementara 21,4% lainnya menganggap dia punya performa ‘sangat buruk’.

Hanya 8,8% peserta polling yang menyebut Mourinho ‘sangat bagus’, 6,3% menyebutnya ‘berprestasi’, 5,8% untuk ‘sempurna’ dan 5,7% menyatakan ‘bagus’.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Daftar Bank & Jadwal Offline

BCA
Senin - Jumat : 21.00 - 00.30
Sabtu : 18.00 - 20.00
Minggu : 00.00 - 06.00
BNI
On line 24 Jam
Mandiri
Senin - Jumat : 21.00 - 00.30
Sabtu : 18.00 - 20.00
Minggu : 00.00 - 06.00
Mandiri
Senin - Jumat : 21.00 - 00.30
Sabtu : 18.00 - 20.00
Minggu : 00.00 - 06.00